Ini Bocoran Kementerian Kesehatan
PENGARUH iklan menjadi salah
satu faktor pemicu banyaknya perokok usia remaja di Indonesia. Bocoran
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian
Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, Indonesia adalah
negara dengan perokok ketiga tertinggi di dunia setelah China dan India.
"Berbagai studi menunjukan iklan rokok berpengaruh pada anak untuk
mulai merokok. Studi di Indonesia menunjukan 70 persen remaja mengaku
mulai merokok karena terpengaruh oleh iklan, 77 persen mengaku iklan
menyebabkan mereka untuk terus merokok dan 57 persen mengatakan iklan
mendorong mereka untuk kembali merokok setelah berhenti," kata Prof
Tjandra.
Berikut petikan wawancaranya:
Seberapa besar prevalensi perokok remaja di Indonesia?
Perokok
tertinggi ke-3 di dunia adalah Indonesia sesudah Cina dan India (WHO,
2008). Konsumsi produk tembakau di Indonesia yang tinggi dan terus
meningkat di berbagai kalangan masyarakat mengancam kesehatan dan
kualitas sumber daya manusia Indonesia. Data GATS 2011 menunjukkan
prevalensi merokok orang dewasa Indonesia sebesar 34,8 persen terbagi
atas 67,4 persen laki-laki, dan 4,5 persen perempuan.
Sementara itu, dikalangan remaja 15-19 tahun sebesar 38,4 persen
laki-laki dan 0,9 persen perempuan. Data Global Youth Tobacco Survey
(GYTS) 2009, menunjukkan 20,3 persen anak sekolah 13-15 tahun merokok.
Perokok pemula usia 10-14 tahun naik 2 kali lipat dalam 10 tahun
terakhir dari 9,5 persen pada tahun 2001 menjadi 17,5 persen pada tahun
2010.
Faktor apa yang menyebabkan remaja merokok?
Alasan pertama
kali merokok yang paling dominan karena coba-coba, diikuti pengaruh
iklan TV, ingin kelihatan gagah, dan dipaksa teman. Faktor lingkungan
keluarga dan masyarakat. Orang tua menjadi panutan memberikan contoh
bagi anak-anaknya. Data dari GYTS 2009 menunjukan 72,4 persenremaja usia
13-15 tahun mempunyai orang tua merokok.
Bahaya apa yang timbul jika remaja sudah merokok?
Di dalam
sebatang rokok terkandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun yang
berbahaya untuk tubuh dimana 43 diantaranya bersifat karsinogenik,
dengan komponen utama nikotin (zat berbahaya penyebab kecanduan), Tar
(bersifat karsinogenik), CO (menurunkan kandungan oksigen dalam darah.
Ketika seseorang kecanduan rokok, nikotin terkandung dalam tembakau
merangsang otak untuk melepas zat yang memberi rasa nyaman (dopamine),
sehingga menyebabkan rasa ketergantungan. Untuk mempertahankan rasa
nyaman, timbul dorongan merokok kembali. Inilah awal dari proses
kecanduan.
Dampak kesehatannya seperti apa?
Merokok menyebabkan
berbagai penyakit, khususnya kanker paru, stroke, penyakit paru
obstruktif kronik, penyakit jantung koroner, dan gangguan pembuluh
darah, disamping menyebabkan penurunan kesuburan, peningkatan insidens
hamil diluar kandungan, gangguan pertumbuhan janin (fisik dan IQ),
kejang pada kehamilan, gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian
perinatal. Selain berdampak buruk bagi kesehatan perokok itu sendiri,
asap rokok orang lain (AROL) juga berbahaya bagi kesehatan orang di
sekitarnya (perokok pasif).
Bagaimana cara menghindari merokok bagi remaja?
Hindari
berkumpul dengan teman-teman yang sedang merokok, yakinlah rokok bukan
satu-satunya sarana pergaulan. Jangan malu mengatakan diri kita bukan
perokok, perbanyak mencari informasi tentang bahaya rokok, hindari
sesuatu yang terkait tentang rokok (sponsor, iklan, poster, rokok
gratis), dan lakukan hal-hal positif seperti olah raga, membaca, atau
hobi lain yang menyehatkan.
Apa yang harus dilakukan orang tua, guru, dan pemerintah?
Orang
tua dan guru harus memberikan tauladan bagi anak-anak untuk tidak
merokok. Sementara itu pemerintah mengembangkan promosi Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) yang salah satu indikatornya adalah perilaku
tidak merokok, secara terus menerus mempromosikan tentang bahaya akibat
merokok bagi kesehatan, dan membuat Peraturan yang dapat melindungi
generasi bangsa dari dampak buruk akibat merokok.
Apakah industri rokok memang menyasar remaja?
Sebuah
dokumen industri rokok di luar negeri menunjukan betapa ia menyadari
pentingnya anak dan remaja menjadi pasar potensial. Remaja hari ini
adalah calon pelanggan tetap hari esok karena mayoritas perokok memulai
merokok ketika remaja (Philip Morris, Amerika Serikat, 1981).
Iklan, promosi, dan sponsor rokok secara masif dan intensif
menyasar anak-anak untuk menjadi perokok pemula. Sebanyak 83 persen anak
usia 13-15 tahun melihat iklan rokok di televisi (GYTS 2006), 89 persen
melihat iklan rokok di billboard, dan 76,6 persen melihat iklan rokok
di media cetak (GYTS 2009).
Berbagai studi menunjukan iklan rokok berpengaruh pada anak untuk
mulai merokok. Studi di Indonesia menunjukan 70 persen remaja mengaku
mulai merokok karena terpengaruh oleh iklan, 77 persen mengaku iklan
menyebabkan mereka untuk terus merokok dan 57 persen mengatakan iklan
mendorong mereka untuk kembali merokok setelah berhenti (Komnas Anak dan
UHAMKA 2007).
Apa yang dilakukan pemerintah/Kemenkes untuk agar perokok remaja tak semakin banyak?
Pemerintah
telah membuat aturan hukum yang tertuang dalam UU No.36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, PP No 109/2012 tentang pengamanan bahan yang
mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan, dan
peraturan Menteri Kesehatan No 28/2013 tentang Pencantuman Peringatan
Kesehatan Dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau.
Sementara itu, upaya yang dilakukan Kemenkes adalah mendorong dan
membantu Pemerintah Daerah dalam melakukan pengembangan, implementasi
dan monitoring evaluasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), menyusun
dan mendistribusikan petunjuk teknis upaya berhenti merokok, meningkatan
kapasitas tenaga kesehatanmelalui pelatihan konseling berhenti merokok
di fasilitas pelayanan kesehatan, dan melakukan pelayanan berhenti
merokok di puskesmas dan rumah sakit.
Sabtu, 05 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar