BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LANDASAN TEORI
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin modern, dengan bertambahnya sumber daya manusia yang ada
di muka bumi, maka munsul keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui
bidang pendidikan, sehingga menimbulkan manusia dengan kualitas yang bagus.
Begitupula sering berjalannya waktu, banyak
muncul manusia yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan mulai
memunculkan ide-ide baru atau konsep-konsep baru baik yang telah dibuktikan
maupun yang belum dibuktikan. Dalam perkembangannya, saat ini banyak orang
mulai berfikir untuk membuat makanan yang menghasilkan beberapa jenis makanan
yang berbeda dengan bahan yang sama, begitu pula untuk mengawetkan makanan
sehingga lebih tahan lama. Salah satu penerapannya yaitu bioteknologi, terdapat
beberapa contoh penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari, adapun yang
kami buat adalah roti.
Kualitas
roti secara umum disebabkan karena variasi dalam peng-gunaan bahan baku dan proses pembuatannya.
Jika bahan baku yang di-gunakan mempunyai
kualitas yang baik dan proses pembuatannya benar maka roti yang dihasilkan akan
mempunyai kualitas yang baik pula. Jenis dan mutu produk bakery sangat bervariasi
tergantung jenis bahan-bahan dan formulasi yang digunakan dalam pembuatannya.
Variasi produk ini diperlukan untuk memenuhi adanya variasi selera dan daya
beli kon-sumen (Desrosier,
1987).
Saccharomyces
cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki
sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast),
memperbaiki sifat osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fer-mentation kinetics, freeze dan thaw tolerance,
dan memiliki kemampuan memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam adonan
sangat berguna untuk mengembangkan adonan karena terjadi proses peragian
terhadap gula, memberi aroma (alkohol) (Dwijoseputro,
1990).
Tepung
merupakan bahan baku utama roti. Tepung yang biasa di-gunakan untuk roti adalah tepung gandum,
jagung, havermouth, dan se-bagainya. Untuk
roti yang memerlukan pemuaian, lebih baik digunakan tepung gandum, karena
beberapa jenis protein yang terdapat pada gan-dum jika dicampur
dengan air akan menghasilkan glutein. Glutein inilah yang dapat membuat roti
mengembang selama proses pembuatan. Jari-ngan sel-sel ini
juga cukup kuat untuk menahan gas yang dibuat oleh ragi sehingga adonan tidak
mengempis kembali, yang harus dipertimbangkan adalah terutama kadar protein
tepung terigu dan kadar abunya. Kadar protein mempunyai korelasi yang erat
dengan kadar glutein, sedangkan kadar abu erat hubungannya dengan tingkat dan
kualitas adonan (Roberts , 1989).
Air
berfungsi sebagai media glutein dengan karbohidrat, larutan garam dan membentuk
sifat kenyal glutein. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH 6-9. Makin
tinggi pH air maka roti yang dihasilkan baik karena absorbsi air meningkat
dengan meningkatnya pH. Selain pH, air yang di-gunakan harus air
yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, di-antaranya tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air yang digu-nakan dalam industri makanan pada umumnya
harus memenuhi persya-ratan tidak
berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai rasa dan tidak menggangu
kesehatan. Apabila air yang digunakan tidak memenuhi persyaratan dalam
pembentukan pati atau tepung maka dapat mening-katkan kadar
abunya sehingga mutu pati menurun (Gumbiro, 1987).
Pembuatan
roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa mengembang. Ragi/yeast biasanya
ditambahkan setelah tepung terigu ditambah air lalu diaduk-aduk merata, setelah
itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa waktu. Ragi/yeast sendiri sebetulnya
mikroorganisme, suatu mahluk hidup berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces
cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air yang
cukup dan adanya makanan bagi ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan
tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida dan senyawa beraroma.
Gas karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan oleh adonan sehingga adonan
menjadi mengembang (Rukmana, 2001).
1.2.
TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk :
1.
Membuktikan konsep bioteknologi;
2.
Mengetahui contoh penerapan bioteknologi dalam
kehidupan sehari-hari;
3.
Membuktikan bioteknologi melalui pembuatan roti.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1.
ALAT DAN BAHAN
A.
ALAT
1. Cetakan kue……………………………………….. 3 buah
2. Oven……………………………………………………….. 1 buah
3. Wadah…………………………………………………….. 3 buah
4. Pengaduk………………………………………………. 1 buah
5. Mixer…………………………………………………………….. 1 buah
6. Loyan………………………………………………………. 3 buah
7. Kompor…………………………………………………………. 1 buah
8. Pisau…………………………………………………………….. 1 buah
9. Kuas kue…………………………………………………….. 1 buah
10. Kemasan……………………………………………….. 3 buah
11. Kamera……………………………………………………. 1 buah
B.
BAHAN
1. Tepung kompas…………………………………………... ½ kilogram
2. Tepung biasa…………………………………………….. 4 kilogram
3. Gula pasir…………………………………………………… 1 kilogram
4. Pelembut roti………………………………………………….. 1 sdm
5. Vanili………………………………………………………….. 6 bungkus
6. Kuning telur……………………………………………… 1 botol
7. TBM………………………………………………………………… 3 sdm
8. Permipan………………………………………………………. 2 1/2 sdm
2.2.
WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan praktikum ini
dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Senin,
31 April 2014
tempat : Jl.
Tomaja, Sidodadi
pukul : 16.00
– selesai
2.3.
CARA KERJA
Cara kerja
yang dilakukan pada praktikum Pembuatan Roti adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan pada pembuatan roti.
2. Menimbang
masing-masing bahan sesuai dengan komposisinya.
3. Mengocok
telur dan mentega hingga tercampur dengan rata.
4. Setelah
itu, kami tambahkan gula lalu mengocok lagi hingga halus.
5. Setelah
halus, perlahan-lahan kami masukkan tepung terigu kedalam wadah lalu diaduk
hingga menjadi adonan.
6. Melarutkan
ragi kedalam air hangat sekitar 125 ml lalu mencampurkan kedalam adonan yang
sudah jadi.
7. Setelah
itu, kami tambahkan susu dan garam dan kami aduk kembali hingga merata.
8. Jika
adonan cair, kami tambahkan lagi sedikit demi sedikit tepung terigu sampai
menjadi adonan yang padat.
9. Setelah
adonan menjadi padat, kami bentuk sesuai yang kami inginkan, memberikan hiasan
atau isi untuk didalam roti dan menyimpan beberapa menit hingga mengembang.
10. Setelah
mengembang, roti kami panggang hingga matang.
11. Namun
sebelum itu, kami memanggang roti baru setengah matang, lalu kami mengoleskan
dengan kuning telur agar tekstur roti kelihatan cantik.
12. Setelah
itu kami memanggang ulang roti hingga benar-benar matang.
13. Setelah
benar-benar matang, siap untuk dihidangkan lalu mengambil gambar roti
menggunakan kamera digital.
BAB III
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
3.1.
HASIL PRAKTIKUM
3.2.
PEMBAHASAN
Roti adalah makanan yang terbuat dari
tepung terigu, air, dan ragi yang pembuatannya melalui tahap pengulenan,
fermentasi (pengembangan), dan pemanggangan dalam oven. Bahan dan proses yang
dilaluinya membuat roti memiliki tekstur yang khas. Dilihat dari cara
pengolahan akhirnya, roti dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu roti yang
dikukus, dipanggang, dan yang digoreng. Bakpao dan mantao adalah contoh roti
yang dikukus. Donat dan panada merupakan roti yang digoreng. Sedangkan aneka
roti tawar, roti manis, pita bread, dan baquette adalah roti yang
dipanggang.
Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan roti dapat digolongkan bahan utama dan bahan pembantu. Bahan utama
yang digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung terigu, air, ragi roti, dan garam.
Tepung terigu mengandung dua macam protein yang memegang peranan penting dalam
pembuatan roti, yaitu protein gluten berfungsi menentukan struktur produk roti
dan memberikan kekuatan pada adonan untuk menahan gas dari aktivitas ragi, dan
glutenin memberikan elastisitasdan kekuatan untuk perenggangan terhadap gluten.
Kandungan gizi tepung terigu yang baik akan mempunyai komposisi kadar air 13%,
kadar protein 12-13%, kadar hidrat arang 72-73%, kadar lemak 1,5%, pada saat
bercampur dengan air yang berfungsi sebagai kerangka roti, membuat adonan tidak
mudah pecah pada waktu diroll dan menahan gas CO2 hasil fermentasi.
Fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan
roti adalah untuk proses aerasi adonan dengan mengubah gula menjadi gas
karbondioksida, sehingga mematangkan dan mengempukan gluten dalam adonan.
Kondisidari gluten ini akan memungkinkan untuk mengembangkan gas secara merata
dan menahannya, membentuk cita rasa akibat terjadinya proses fermentasi. Fungsi
garam dalam pembuatan roti adalah penambah rasa gurih, pembangkit rasa
bahan-bahan lainnya, pengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi, penambahan
kekuatan glutein. Syarat garam yang baik dalam pembuatan roti adalah harus
seratus persen larut dalam air, jernih, bebas dari gumpalan-gumpalan dan bebas
dari rasa pahit.
Bahan pembantu adalah bahan-bahan yang
menyertai bagian utama dalam pembuatan roti untuk mendapatkan aroma, rasa dan
tekstur yang diinginkan. Bahan pembantu ini terdiri dari shortening, bread
improver, susu skim, telur, gula, bahan pengisi serta flavoring. Pemberian anti
oksidan (asam askorbat, bromat), dan anti kapang seperti kalium propionat dan
kalsium pospat ditambahkan untuk memperpanjang keawetan roti. Bahan baku juga
mempunyai karakteristik fisik, kimia dan mekanik yang berbeda, demikian juga
perubahan sifat–sifat tersebut akibat pengolahan mungkin berbeda. Oleh karena
itu sebelum mengetahui cara pembuatan roti, terlebih dahulu mengenal 2 jenis
bahan yang akan digunakan, fungsinya dalam pembuatan roti serta sifat-sifat
yang dibutuhkan. Hal ini perlu diketahui untuk bisa memilih bahan secara
ekonomis dan mengendalikan mutu produk sesuai dengan keinginan.
Berdasarkan formulasi adonan roti
dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu adonan roti manis, roti tawar dan
adonan soft rolls. Adonan roti manis adalah adonan yang dibuat dari formulasi
yang banyak menggunakan gula, lemak dan telur. Adonan roti tawar adalah adonan
roti yang mengunakan sedikit tanpa gula, susu skim dan lemak. Sedangkan adonan
soft roll adalah adonan roti yang dibuat dari formula yang menggunakan gula dan
lemak relatif lebih banyak dari adonan roti tawar.
Namun, pada praktikum kali ini kami
akan membuat roti manis, dimana kami akan membuat adonan yang formulasinya
banyak menggunakan gula, lemak dan telur. Pada prinsipnya roti dibuat dengan
cara mencampurkan tepung dan bahan penyusun lainnya menjadi adonan kemudian
difermentasikan dan dipanggang. Pembuatan roti dapat dibagi menjadi dua bagian
utama yaitu proses pembuatan adonan dan proses pembakaran. Kedua proses utama
ini akan menentukan mutu hasil akhir.
Proses fermentasi pada pengolahan roti
sudah dilakukan sejak lama. Tahapan ini dilakukan untuk menghasilkan potongan
roti (loaves) dengan bagian yang porus dan tekstur roti yang lebih lembut.
Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas akibat proses fermentasi yang
menghasilkan konsistensi adonan yang frothy (porus seperti busa). Pembentukan
gas pada proses fermentasi sangat penting karena gas yang dihasilkan akan
membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat
berlangsung cepat pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam adonan akan
menyebabkan gas dan uap air terdesak ke luar dari adonan, sementara terjadi
proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk struktur frothy.
Fermentasi adonan didasarkan pada
aktivitas-aktivitas metobolis dari khamir dan bakteri asam laktat. Aktivitas
mikroorganisme ini pada kondisi anaerob akan menghasilkan metabolit fungsional
yang penting pada pembentukkan adonan. Dengan mengendalikan parameter proses
fermentasi dan metode preparasi adonan dapat dimungkinkan mempengaruhi
aktivitas mikroorganisme dan enzim untuk menghasilkan adonan roti yang
dikehendaki seperti volume, konsistensi, dan pembentukkan.
Khamir jenis Saccharomyces
cereviceae merupakan jenis khamir yang paling umum digunakan pada
pembuatan roti. Khamir ini sangat mudah ditumbuhkan, membutuhkan nutrisi yang
sederhana, laju pertumbuhan yang cepat, sangat stabil, dan aman digunakan
(food-gradeorganism). Dengan karakteristik tersebut, S. Cereviceae lebih
banyak digunakan dalam pembuatan roti dibandingkan penggunaan jenis khamir yang
lain. Dalam perdagangan khamir ini sering disebut dengan baker’s
yeast atau ragi roti.
Pengembangan Adonan, penggunaan
mikroorganisme dalam pengembangan adonan masih menjadi fenomena yang asing bagi
masyarakat yang tidak familiar dengan pabrik roti. Udara (oksigen) yang masuk
ke dalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan
dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi yang
anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO2 yang dihasilkan
selama proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film gluten yang
impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang
selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum tentang pembuatan roti, maka didapatkan kesimpulan bahwa :
a. Konsep bioteknologi terbukti melalui praktikum
pembuatan roti yaitu melalui proses pengembangan roti dengan bibit roti;
b. Praktikum pembuatan roti merupakan contoh penerapan
bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari;
1.2.
SARAN
Dari hasil praktikum pembuatan roti kami menyarankan :
a.
Pada saat melaksanakan praktikum diharapkan
para praktikan agar hati-hati dan teliti dalam melaksanakan praktikum, supaya mendapatkan
hasil yang memuaskan;
b.
Seharusnya praktikum ini dilakukan sebelum ujian
sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar